Tujuan pembuatan Blog ini

Posted by Yessy Napitupulu Rabu, 31 Juli 2013 0 komentar

     1.       Tujuan Umum adalah untuk memberikan pendapat penulis dan solusi kepada pemerintah               secara umum tentang masalah pendidikan kependudukan yang dialami dan diamati oleh                   penulis terhadap sekitar lingkungan penulis  

sumber gambar: dokumen penulis

sumber gambar: dokumen penulis


     2.       Tujuan khusus untuk mengikuti lomba blog yang diadakan oleh BKKBN dengan tema tulisan "Kependudukan Indonesia" mengenai "Masalah Pendidikan Kependudukan di Indonesia"





sumber gambar: google.com

sumber gambar: dokumen penulis


Baca Selengkapnya ....

Keluarga sebagai Sumber Daya Manusia

Posted by Yessy Napitupulu 0 komentar
Kategori : Remaja
Oleh      : Yessy Magdalena Napitupulu (XII IPA 2 SMA Negeri 1 Batam)

          Menurut penulis; dimanapun kita, apapun kita, siapapun kita, bagaimanapun kita semua berasal dari pendidikan. Ada orang yang tidak berpendidikan; tidak mengenal ilmu, ada orang yang berpendidikan; peluang suksesnya besar. Ada orang berpendidikan namun berperilaku yang tidak berpendidikan; cotohnya para tawuran atau sebaliknya. Bicara pendidikan. Apa arti pendidikan itu? Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diambil dari kata dasar didik, yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, perbuatan, cara mendidik.
         Pendidikan ada disekolah, maupun diluar sekolah. Namun, pendidikan awal yang kita terima berasal dari keluarga. Keluarga yang baik menghasilkan bibit-bibit masyarakat yang baik pula, yang nantinya dapat memperbaiki Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.
       Untuk memperbaiki SDM di Indonesia, perlu diketahui masalah yang terjadi di lingkungan pendidikan masyarakat melalui lingkungan keluarga masyarakat Indonesia. Ada 3 hal (masalah) yang dapat saya pelajari:
     
     1.       Ekonomi Keluarga
          Zaman modren sekarang ini, apapun yang kita lakukan semua sudah berbayar, bahkan buang air saja sudah bayar Rp 1.000,- di kota Batam (terkhusus di Mall Batu Aji), apalagi menempuh pendidikan yang lebih baik. Biaya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan tidaklah murah, bahkan sekolah gratis pun, tidak sepenuhnya gratis; ada uang buku, uang pembangunan dan lain-lain.
          Memang, jikalau ekonomi keluarga baik, keluarga itu mampu membayar kebutuhan pendidikan itu, bagaimana jikalau keluarga kurang mampu, bahkan tidak mampu? Apakah pemerintah sudah membuka matanya untuk masyarakat yang kurang mampu? Menurut informasi yang penulis dapat melalui wawancara dengan beberapa orangtua, mereka mengatakan pemerintah akan mengenal rakyatnya, jika rakyatnya memiliki pekerjaan (melalui pajak yang wajib dibayar dan selalu diminta) namun apakah pernah pemerintah peduli jika rakyatnya tidak memiliki pekerjaan? Apakah pemerintah sudah membantu rakyat memperbaiki perekonomian masyarakat? Apa yang sudah pemerintah lakukan untuk rakyat demi memperbaiki SDM di Indonesia untuk Indonesia? Bagaimana mungkin rakyat mau peduli dengan negaranya jika pemerintah negara tidak bisa peduli dengan rakyatnya? Solusi yang penulis tawarkan kepada pemerintah “merakyatlah!” Inilah yang diharapkan semua orang, demi mencapai kesuksesan negaranya. Lihatlah daerah yang terpencil, kepada siapa mereka mengeluh, transport saja susah! Demi mengisi perut saja susah!

     2.       Pergaulan Remaja
            Siswa yang baik memiliki lingkungan yang baik, siswa yang pintar; pintar pula memilih pergaulan yang baik dan benar. Pertanyaannya, Apakah ada hubungan antara pergaulan dengan apa yang sedang pembahasan penulis? Ya, tentu ada. Lihat!

sumber gambar: dokumen penulis
           Apakah Indonesia tidak malu? Mengapa terjadi hal seperti ini? Apakah mereka tidak mempunyai keluarga sehingga membuat mereka seperti ini? Apakah tidak ada yang peduli terhadap mereka? Apakah pemerintah tidak lelah melihat ini?
          Seandainya saja pemikiran mereka dibuka tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan, melalui pendidikan. Kenapa harus diberi BLSM secara cuma-cuma, yang walaupun itu ada namun tidak sepenuhnya sampai di tangan masyarakat yang benar-benar membutuhkan? Kenapa tidak dibangun saja sekolah di daerah terpencil, atau membangun perusahaan yang ditangani oleh pemerintah nasional bukan dipegang oleh warga negara asing?
          Memang pemerintah sudah banyak membangun sekolah untuk Indonesia. Namun, apakah pemerintah sudah membuka pemikiran para pelajar akan pentingnya pendidikan itu? JIka pemerintah berfikir tentang sekolah gratis sudah menjamin wajib belajar 9 tahun itu sebagai kesuksesan dalam hal pendidikan, namun menurut saya itu tidak akan mungkin menjadi jaminan untuk menyukseskan program belajar di Indonesia. Sebagai bukti, menurut http://skpd.batamkota.go.id dijelaskan bahwa saat razia anak sekolah yang dilakukan Satpol PP tanggal 8 Mei 2013 lalu berhasil menangkap 140 siswa/siswi di 4 titik warnet-warnet di wilayah Kecamatan Sagulung, Batam Kota, Sekupang dan Bengkong.


           Mengapa mereka masih memilih bermain daripada ilmu pengetahuan yang harus mereka dapatkan melalui pembelajaran disekolah? Penulis adalah seorang siswi, menurut penulis yang menjadi sumber masalah disini adalah pemikiran para pelajar yang belum termindset sempurna. Banyak pelajar yang beranggapan seperti ini “buat apa belajar, mana ada gunanya, yang penting itu cari duit bukan buang-buang duit untuk belajar.” Penulis percaya, mereka saja masih remaja sudah berpikiran seperti ini, bagaimana jika mereka sudah besar nanti, mereka akan berfikiran untuk menghalalkan apapun demi mendapatkan uang. Inilah juga yang menyebabkan banyaknya preman di Indonesia.
           Seandainya saja pemikiran mereka dibuka tentang investasi pendidikan dimasa depan bangsa, bahkan bagi diri mereka sendiri. Menurut penulis untuk membuka pemikiran para pelajar, pemerintah dapat membuat sosialisasi, atau film pendek, atau melakukan pendekatan terrhadap para pelajar tentang penting pendidikan atau ruginya tidak berpendidikan. Solusi yang paling penting yang dapat ditawarkan penulis untuk pemerintah beri lebih fasilitas dan dukungan serta pelatihan untuk bakat dan minat siswa. Penulis mengakui belajar itu sangat membosankan, disinilah pentingnya penggunaan bakat-bakat siswa, selain membuang rasa bosan, pemerintah juga dapat membantu para pelajar untuk melakukan hal-hal yang positif, seperti olahraga, seni tari, seni musik, atau seni kriya dan sebagainya. Seni termasuk pendidikan, bukan?

     3.       Komunikasi
           Apakah program BKKBN penting untuk pendidikan kependudukan di Indonesia? Seperti yang kita ketahui, program BKKBN “2 anak lebih baik.” Penulis sangat setuju dengan program ini, walaupun saudara yang dimiliki penulis lebih dari 2. Penulis ingin berbagi pengalaman atau melihat dari situasi keluarga orang lain. Seperti ini; semakin banyak anak, maka semakin pusinglah orangtua untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, anak yang ini butuh ini, atau yang itu butuh itu dan sebagainya, atau mungkin karena sudah saking tuanya orangtua, sampai lupa nama anaknya, atau lupa dia anaknya atau tidak (ini pengalaman orang lain, ya!!!) Jika sudah terjadi seperti ini, harmoniskah keluarga tersebut? Akankah orangtua tersebut peduli dengan anaknya atau pendidikan anaknya, jika sudah tidak ada lagi komunikasi? Inilah yang menjadi masalah sehingga banyak anak yang tidak mau tahu, tidak peduli dengan pendidikan anak, sehingga banyak yang bolos, banyak yang nyontek dan lain-lain. Bagaimana nasib SDM negara kita kalau sudah begini? Pertanyaan yang paling penting “Apakah program BKKBN tersebut sudah berjalan sepenuhnya?” tentu saja belum. Bagaimana mungkin masyarakat bisa merubah pemikirannya, pemerintah saja belum mempraktikkannya hanya modal semboyan. Menurut www.bkn.go.id dalam artikelnya tanggal 26 April 2013 “Menjadi BPJS, PNS Tanggungan Askes Menjadi 5 Orang” jelas diterangkan anak yang ditanggung ada 3 orang. Inikah contoh?

         Demikianlah tulisan opini dan solusi yang dimuat serta ditawarkan penulis. Terimakasih, penulis ucapkan kepada pembaca. Terimakasih juga kepada Pak Sabam Sitinjak, S.Th yang sudah membimbing penulis.




Daftar Pustaka

http://www.bkn.go.id/in/berita/2348-menjadi-bpjs-pns-tanggungan-askes-menjadi-5-orang.html

Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Masalah Pendidikan Kependudukan di Indonesia.